Abstrak: Penelitian ini membandingkan efektivitas pelarut etanol 96% dan aseton dalam ekstraksi dan isolasi kurkuminoid dari rimpang kunyit (Curcuma longa L.). Kurkuminoid adalah senyawa bioaktif utama dalam kunyit yang memiliki berbagai manfaat kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pelarut tersebut memiliki kemampuan ekstraksi yang berbeda terhadap kurkuminoid, dengan beberapa parameter kunci seperti rendemen ekstraksi dan kemurnian kurkuminoid yang dievaluasi.
Pendahuluan: Kunyit (Curcuma longa L.) adalah tanaman obat yang kaya akan kurkuminoid, yang dikenal memiliki sifat anti-inflamasi, antioksidan, dan antikanker. Pemilihan pelarut yang tepat sangat penting dalam proses ekstraksi untuk memperoleh kurkuminoid dengan kemurnian dan aktivitas biologis yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas etanol 96% dan aseton sebagai pelarut dalam ekstraksi kurkuminoid dari rimpang kunyit.
Bahan dan Metode:
- Bahan: Rimpang kunyit segar, etanol 96%, aseton, aquades, dan reagen analisis kurkuminoid.
- Ekstraksi: Rimpang kunyit dikeringkan, dihaluskan, dan diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% dan aseton secara terpisah. Ekstraksi dilakukan dengan perbandingan bahan dan pelarut yang sama.
- Isolasi: Ekstrak kemudian dipekatkan dan kurkuminoid diisolasi menggunakan teknik kromatografi kolom.
- Analisis Kurkuminoid: Kandungan kurkuminoid dalam ekstrak dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang spesifik.
Hasil:
- Rendemen Ekstraksi: Rendemen ekstraksi menggunakan etanol 96% dan aseton dihitung dan dibandingkan. Etanol 96% menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan aseton.
- Kemurnian Kurkuminoid: Kemurnian kurkuminoid yang diisolasi dari kedua pelarut dievaluasi. Ekstraksi dengan etanol 96% menunjukkan kemurnian yang lebih baik dibandingkan dengan aseton.
- Efektivitas Ekstraksi: Kedua pelarut efektif dalam mengekstraksi kurkuminoid, namun etanol 96% menunjukkan hasil yang lebih unggul dalam hal rendemen dan kemurnian.
Pembahasan: Perbedaan dalam efektivitas ekstraksi antara etanol 96% dan aseton dapat diatributkan kepada sifat polaritas dan kelarutan kurkuminoid dalam pelarut. Etanol 96%, yang memiliki polaritas menengah, tampaknya lebih sesuai untuk mengekstraksi kurkuminoid yang memiliki struktur polifenolik. Selain itu, etanol juga dianggap lebih aman dan ramah lingkungan dibandingkan aseton.
Kesimpulan: Etanol 96% lebih efektif dibandingkan aseton dalam ekstraksi dan isolasi kurkuminoid dari rimpang kunyit, menghasilkan rendemen dan kemurnian yang lebih tinggi. Oleh karena itu, etanol 96% direkomendasikan sebagai pelarut pilihan untuk ekstraksi kurkuminoid dalam skala laboratorium dan industri.